Minggu, 17 Oktober 2010

Gunung Lawu : Tempat "Istirahat" Prabu Brawijaya dan Mbok Yem

Dusun Ceto, yang berada pada ketinggian 1400 mdpl, terletak di sisi barat Gunung Lawu. Posisinya yang sangat dekat dengan Gunung Lawu, menjadikan Dusun Ceto merupakan salah satu pintu masuk untuk menuju puncak gunung tersebut. Jarang yang mengenal jalur ini, mengingat jalur ini kalah pamor dengan jalur "Cemoro Kandang" ataupun jalur "Cemoro Sewu". Boleh dikatakan, jalur ini masih alami karena Anda harus melewati jalur tanah yang licin jika hujan, dan harus menyibakkan rumput setinggi pinggang untuk menemui jalur.

Dalam kesempatan kali ini, tim KKN PPM Unit 104 mencoba untuk meng"eksplorasi" jalur ini sekaligus mengenalkan kepada seluruh pecinta alam, bahwa masih ada jalur pendakian ke Gunung Lawu yang perlu dicoba. Berikut adalah perjalanan panjang kami hingga sampai puncak Gunung Lawu :

Pos 0 (Titik Keberangkatan) : Perjalanan dimulai dari Dusun Ceto, tepatnya di rumah Pak Kadus. Bila Anda hendak mendaki lewat jalur ini, jangan sungkan menghubungi beliau atau perangkat dusun lainnya. Hal ini dikarenakan jalur ini belum memiliki pos awal yang memantau perjalanan anda layaknya di jalur Cemoro Kandang atau Cemoro Sewu.

Pos I
Pos I (Reco Kethek) : Pandakian dimulai dari kompleks candi, melewati sungai dan masuk wilayah hutan pinus. Jalur ini akan melalui Candi Kethek. Untuk ke Pos I, diperlukan waktu sekitar 30-45 menit. Tanaman di sekitar jalur masih didominasi oleh alang-alang. Di pos I ini, terdapat bangunan semi-permanent. Jalurnya pun boleh dikatakan belum terlalu menanjak.


Pos III
Pos II (Brak Seng) : Sepanjang perjalanan menuju pos II, tanaman yang ditemui kian merapat. Melewati punggungan gunung yang belum terlalu terjal. Lama perjalanan sekitar 1 jam. Sama seperti di pos I, anda juga akan menemui bangunan semi-permanent.

Pos III (Cemoro Dowo) : Bagi pemula, untuk menyusuri ke pos III, sebaiknya anda mulai membutuhkan bantuan seperti tongkat kayu. Karena anda akan mulai menemui jalur yang cukup terjal, ditambah pepohonan yang semakin rapat. Perjalanan dapat ditempuh kurang lebih 1 jam.

Beristirahat di Cemoro Kembar
Pos IV (Penggik) : Hampir mirip untuk menuju ke pos III, untuk ke pos IV anda akan disuguhi jalur yang cukup terjal. Rumput-rumput setinggi badan akan ditemui sepanjang jalur ini. Lama perjalanan sekitar 1 jam.

Pos V (Bulak Peperangan) : Menuju ke pos V, jalan yang akan temui mulai bergelombang. Ada naik, ada juga turun. Menuju pos ini, anda bisa beristirahat sejenak di Cemoro Kembar, di bawah dua pohon pinus besar, seperti pohon kembar. Kalau beruntung, anda bisa menemui bunga edelweiss warna ungu, yang kini sudah cukup langka. Ya, dalam perjalanan ini, anda akan disuguhi pemandangan bunga abadi, edelweiss. Nampak pula padang rumput indah mewarnai jalur ini. Lama perjalanan sekitar 1,5 jam.

Menuju Hargo Dalem
Hargo Dalem : Jika anda telah mencapai pos V, berarti anda telah menempuh sekitar 90% perjalanan. Yah, untuk mencapai Hargo Dalem, anda butuh waktu sekitar 1 jam. Jalan yang dilalui pun tidak terlalu terjal, malah anda disuguhi tanah luas layaknya lapangan.

Di perjalanan ini, anda juga akan menemui tempat yang dikenal Pasar Dieng atau Pasar Setan. Konon, ditempat ini merupakan tempat untuk mendapatkan wangsit atau petuah. Misal, jika mendapatkan beras setelah berdoa disini, maka itu berarti anda akan sukses jika berjualan beras. Konon pula, disini sering terdengar keramaian layaknya pasar. Tempat ini merupakan tumpukan bebatuan yang telah diatur rapi, begitu pula dengan tanaman yang hidup disini.

Gerbang Pasar Dieng
Jika telah sampai pasar Dieng, berarti selangkah lagi akan sampai di Hargo Dalem, yang memiliki ketinggian 3170 mdpl. Ditempat ini merupakan tempat moksanya Prabu Brawijaya. Tidak hanya itu, disini juga terdapat Sendang Drajad, mata air gunung Lawu yang dipercaya membawa berkah.
Foto bersama mbok Yem
Bila anda kemalaman dan terpaksa menginap, jangan takut. Disini juga terdapat rumah-rumah sederhana yang menjual makanan, seperti mie instan dan nasi rames layaknya di kaki gunung. Kaget? Iya, kami yang pertama kali mendaki Gunung Lawu juga kaget akan keberadaan tempat seperti ini. Penjualnya, Mbok Yem telah tinggal disana bertahun-tahun untuk membantu para pendaki, khususnya untuk urusan perut dan penginapan. Namun, jika menginap, bawalah selimut tebal atau Sleeping Bag, karena suhu yang begitu ekstrem akan anda temui, apalagi sekitar bulan Agustus-September, sekitar 2 derajat celsius. Bahkan, jika beruntung, anda bisa menemui musim salju di gunung Lawu, yaitu es yang terbentuk dari embun yang benar-benar dingin.
Menuju puncak Lawu atau yang biasa disebut Hargo Dumillah yang berada pada ketinggian 3265 mdpl, anda hanya perlu mendaki sekitar 20 menit. Bila memandang kearah Barat akan tampak terlihat puncak Gunung Merapi dan Merbabu. Dan kalau melihat ke arah Timur akan terlihat keindahan Puncak Gunung Kelud, Butak, dan Gunung Wilis yang membentuk lukisan alam menawan. Di tempat ini, terdapat tugu yang menandakan puncak gunung Lawu. Sungguh akan menyenangkan bila anda berada dipuncak saat matahari terbenam atau saat matahari terbit. Mau mencoba??
Hargo Dumillah

Foto : Diambil saat perwakilan tim KKN PPM UGM unit 104 mendaki Gunung Lawu, bersama Pak Kadus, dan beberapa teman-teman dari MLT Sragen, sejenis organisasi outbond dan pecinta alam.

Kamis, 14 Oktober 2010

Welcome to Desa Wisata Gumeng

Desa Gumeng merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Mungkin dengan menyebut kata Desa Gumeng masih terasa asing di telinga kita, namun bila kita menyebut Candi Ceto (Ceto Temple) tentu sudah tidak terasa asing lagi. Apalagi nama candi tersebut sudah masuk ke dalam buku panduan "Lonely Planet" sehingga sudah terkenal hingga mancanegara.

Desa ini terletak pada ketinggian 1400 mdpl di lereng Gunung Lawu. Memasuki wilayah ini kita akan disambut dengan pemandangan hamparan kebun teh yang sangat indah dan menyejukkan hati. Apalagi dengan menghirup udara segar di wilayah ini, tentu saja akan terasa sensasi relaksasi yang melegakan.

Desa yang berjarak 26 kilometer dari Karanganyar memiliki kontur berbukit-bukit dengan jalan yang cukup menantang dan harus dilalui dengan hati-hati, terutama untuk wisatawan yang belum pernah menggunakan kendaraan pribadi menuju daerah tersebut. Namun karena sambutan alam yang begitu indah menyapa mata kita, segala rasa lelah akan terobati dan kita akan kembali bersemangat kembali menuju ke daerah wisata tujuan kita.


Desa ini kaya dengan kekayaan alam yang berpotensi menjadi objek wisata. Dalam hal ini, kami tim KKN PPM UGM 2010, unit 104 berusaha untuk mengeksplorasi dan mempublikasikan hasil kerja kami untuk dapat mempromosikan desa wisata ini, karena potensi alam yang begitu indah dan menyenangkan terasa sia-sia bila tidak kita nikmati dan kita kunjungi. Dari hasil observasi kami, kami rasa Desa ini memiliki potensi berbagai wisata, seperti wisata alam, wisata religi, wisata olah raga dan banyak lagi yang lainnya.

Gerbang Candi Ceto Berkabut
Salah satu objek wisata yang paling terkenal dari Desa Gumeng adalah Candi Ceto, candi ini merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Hindu yang berada di Jawa Tengah, selain candi Sukuh. Terletak di ketinggian paling atas dari desa Gumeng, sehingga sering kali dikatakan bahwa Candi Ceto merupakan Candi di atas awan.

Dalam website ini akan dikupas segala macam kegiatan pariwisata di Desa Gumeng ini, sehingga mempermudah akses informasi kepada wisatawan. Silahkan eksplorasi potensi di sini, jika ada merasa senang, sampaikan pada teman anda, bila ada kekurangan mohon sampaikan pada kami....

DESA GUMENG, dengan CANDI CETO, CANDI DI ATAS AWAN'